Sunday, July 8, 2007

Selama Ini Kita Menzalimi Bayi

Perempuan berkemeja merah menyala itu berjalan tergesa. Jas dokternya
melambai mengimbangi langkahnya menuju ruang praktek di kamar nomor 25.
Rabu
pagi pekan silam itu, ruang tunggu Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Sint
Carolus sudah dipenuhi pasien. Sesekali terdengar celoteh dan tangis para
bocah yang pagi itu hendak berobat kepada sang dokter.
Pagi Utami Roesli, dokter spesialis anak yang sepuluh tahun belakangan giat
mengkampanyekan pemberian air susu ibu eksklusif kepada bayi, dibuka dengan
kesibukan luar biasa. Ia harus melayani pasien kecil dan orang tua mereka,
menerima tamu��ntuk kepentingan medis atau wawancara��an tugas lain
sebagai
Ketua Sentra Laktasi Indonesia . Setelah itu, cucu sastrawan besar Marah
Roesli ini bergerak layaknya putaran jarum jam.

Dalam sepekan, harinya dhabiskan di luar Jakarta . "Paling sering ke daerah
untuk memberi penyuluhan tentang ASI." Ia juga acap terbang ke macanegara
untuk bertemu dengan koleganya sesama penggerak ASI.

Setahun belakangan, kesibukannya kian bertambah dengan munculnya banyak
temuan baru tentang pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir. Dengan
energi
yang seolah tiada habis, ia terbang kian-kemari mengmpulkan bukti empiris,
menghubungi para koleganya di berbagai negara, dan mengusung temuan-temuan
itu kepada masyarakat. "Macam-macam sambutannya. "

Salah satu temuan yang kini tengah giat dikampanyekan para dokter di Eropa
dan Amerika adalah mengenalkan ASI kepada bayi di menit pertama
kelahirannya. Inisiasi dini, begitu para ahli menyebutnya. Temuan ini
mementahkan teori puluhan tahun bahwa bayi tidak mampu dan tidak butuh
menyusu pada menit-menit awal kelahirannya. Utami yakin, jika inisiasi dini
didukung oleh semua tenaga kesehatan, kematian 21 ribu bayi sebelum usia 28
hari di Indonesia tak akan terjadi.

Setelah menyapa para pasiennya, yang sudah menunggu, penulis buku laris
tentang terapi pijat bayi ini menerima Budi Saiful Hadi, Nurdin Kalim,
Angela Dewi, serta fotografer Yosep Arkian dari Tempo di ruang prakteknya
yang dipenuhi poster tentang kampanye ASI. Diselingi dering telpon di
mejanya dan dari dua telepon selulernya serta pertanyaan suster yang
membantunya, kakak kandung musisi Harry Roesli ini berksah panjang tentang
inisiasi dini dan perjuangannya "melawan" pemberian susu formula kepada
bayi
dibawah usia 6 bulan. Nada suaranya bersemangat. Dengan ramah dan acap
diselingi tawa, ia menjawab setiap pertanyaan. Berikut ini petikannya.

Bagaimana ceritanya temuan inisiasi dini ini ?
Ceritanya, sekelompok scientist dari Inggris yang tergabung dalam
Departement for International Development melakukan penelitian terhadap
10.946 bayi sejak 2004. Pada 30 Maret 2006, mereka menemukan bahwa bayi
normal yang langsung diletakkan di dada ibunya minimal 30 menit, pada usia
20 menit dia akan merangkak sendiri ke payudara ibunya. Pada usia 50 menit,
dengan susah payah merangkak, dia akan menemukan puting susu ibunya dan
menyusu.

Refleks saja seperti mamalia?
Betul! Kenapa kalau kita melhat hewan mamalia langsung menyusu ke ibunya
ketika lahir tidak aneh, tapi kalau terjadi pada manusia merasa aneh?
Karena
ketidaktahuan kita tentang ASI, itu mengganggu proses kehidupan. Sebab,
begitu lahir, langsung dipisahkan dengan ibunya. Selama ini kita kan sudah
menzalimi bayi. Kalau seekor anak macan, ketika lahir tidak mendapatkan
sumber kehidupannya, dia akan mati.

Ini berlawanan dengan paradigma yang sudah kita kenal selama ini?
Ya. Biasanya, di keluarga kita, pada waktu lahir, tali pusar dipotong,
kemudian dipisahkan dari ibunya untuk ditmbang, dicap, dibersihkan, baru
kemudian dikembalikan lagi kepada ibunya.
Seharusnya, begitu bayi lahir, ketika sudah kering langsung diletakkan di
perut ibunya. Pada usia 20 menit, tak mudah memang bagi dia untuk
merangkak,
tapi ternyata secara refleks itu bisa.
Biarkan di dada ibu menimal setengah jam. Sampai dia minum sendiri. Kalau
belum juga minum, biarkan dia mencari sendiri sampai satu jam. Nggak
gampang, tapi dia berhasil akhirnya. Insting dan dibimbing oleh smell.

Bukankah pada umumnya bayi yang baru lahir tidak butuh menyusu dan pada
jam-jam awal ASI memang belum keluar?
Keluar atau tidaknya air susu ibunya pada waktu itu bukan masalah. Tapi
berikan kesempatan bagi dia untuk mulai menyusu sendiri.

Ini temuan yang benar-benar baru?
Tidak juga. Sebenarnya pada tahun 1990 sudah ada penelitian tentang ini,
tapi tidak terdengar gaungnya. Sampai ada ahli yang meneliti dan sudah
dicba
di negara-negara Skandinavia. Lalu saya diberi kesempatan membuat model
dengan bayi Indonesia . Kami menggunakan bayi di Bantul, Yogyakarta , ang
dibantu kelahirannya oleh bidan yang sederhana. Dan ternyata telah kami
buktikan itu.

Bagaimana penerimaan bidan di Sint Carolus?
Pada awalnya tidak begitu mudah, tapi kebetulan kami diberi kepercayaan
oleh
UNICEF untuk melatih 600 kader. Saya bahkan sudah melakukan kepada cucu
saya yang pertama. Pada saat itu pula saya menyaksikan seorang ayah yang
mengumandangkan azan di dada ibunya. Aduh, rasanya takjub...
( Utami kemudian menunjukkan potongan gambar video di laptop ASUS-nya. Di
video itu, Raffa sang cucu yang baru lahir, dalam keadaaan telanjang
merangkak dengan susah payah hingga menemukan puting sang ibu dan mulai
menyusui).

Bayinya tidak kedinginan, ya?
Dada ibu yang melahirkan 1 derajat lebih panas daripada dada ibu-ibu yang
tidak melahirkan. Kalau bayi kedinginan, dia akan otomatis neik 2 derajat
Celsius. Tapi kalau si bayi kepanasan, turun 1 derajat Celsius. Jadi, jauh
lebih bagus daripada tabung yang biasa dipergunakan untuk meyimpan bayi
pada
saat lahir.

Anda juga akan menerapkan inisiasi dini pada bayi Tiara?
Jika Tiara tidak keberatan, saya juga ingin melakukan hal yang sama. Nanti
rencananya video Tiara ini akan dibawa ke daerah. Supaya orang-orang desa
bisa melihat, oh...orang kota juga menyusui bayinya.
(Tiara Lestari, yang berprofesi sebagai model, adalah menantu kedua Utami
Roesli. Ia tengah menanti kelahiran bayi pertamanya).

Apa sih manfaat utamanya jika inisiasi ini diterapkan?
Begini, bayi yang diberi kesempatan menyusui dini, akan lebih besar
kemungkinan berhasil menyusu eksklusif hingga usia 6 bulan. Jumlahnya bisa
mencapai 59 persen. Tapi masih sedikit orang yang berbicara. Baru ada
gongnya pada 2006 itu.

Sudah dipublikasikan disini?
Secara luas belum. Saya ini apalah, tidak mungkin menguasai seluruhnya.
Tapi
setidaknya di kalangan komunitas Sentra Laktasi Indonesia sudah dikenalkan
soal itu sampai ke daerah tempat saya memberi pelatihan. Kami gencarkan
pada
pekan ASI Dunia, 1-7 Agustus nanti. Di Banda Aceh, saya sounding melalu
agama, melalui Al-Qur'an. Sebab, lebih efektif, meski tetap saja kalah oleh
promosi-promosi susu formula.

Sudah mengantisipasi penolakan dari kalangan medis dan orang tua mengingat
ini merubah paradigma?
Terus terang saja, ini bukan ide saya. The world has been done this. Cuma,
saya yang pertama menerima informasi ini. Sangat disayangkan jika orang
tidak banyak tahu soal ini. Indonesia sebenarnya tidak sendiri. Dari 190
negara di dunia, hanya 33 negara yang tahu inisiasi menyusui dini yang
benar. Di dunia, dalam setahun 4 juta (bayi) yang meninggal. Andaikata
semua
tenaga kesehatan atau penolong bayi memberi kesempatan menyusui dini, 1
juta
bayi di dunia ini terselamatkan.

Apakah ini juga berlaku bagi bayi yang tidak normal?
Berapa persen sib bayi yang lahir dengan berat rendah? Itu presentasenya
kecil. Kenapa kita tidak mengkonsentrasikan diri pada jumlah yang besar
saja
? Pada bayi yang (lahir) caesar pun bisa dilakukan. Tapi memang teorinya 50
persen yang akan berhasil, hanya ibunya harus percaya diri. Dan sang ayah
juga harus tahu.

Berarti harus ada posisi tawar yang kuat pada orang tua untuk meminta
tenaga
kesehatan melakukan inisiasi dini pada bayi?
Kalau s ibu sudah tersadarkan dan meminta itu, si bidan pasti akan mencari
tahu bagaimana sih inisiasi menyusui dini yang benar? Di Indonesia,
disangkanya inisiasi dini menyusui seperti ini : setelah dibersihkan dan
dibedong lalu diberikan kepada ibunya. Saya pun masih melakukannya sebelum
satu tahun lalu.

Obat bius tidak terpengaruh?
Kenapa bicara itu, prematur, kenapa tidak bicara yang lebih besar? Dan
dengan ini pun kita meng-encorage- jangan ada obat-obatan.

Paradigma yang "biasa" itu kan sudah lama, berarti ada kesalahan dong
selama
ini?
Sebenarnya, masalahnya who owned sekarang, proses penyadaran para ahli
kebidanan dan penolong kelahiran bayi, karena dokter anak pada saat
kelahiran itu jarang dipanggil. Tapi kenapa nggak kita yang sadar duluan?
Tapi alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu saya berbicara di Tangerang
dengan para bidan. Mereka betul-betul terpukau karena ketidaktahuan, jadi
tidak benar-benar karena kesengajaan kesalahan. Karena informasi yang belum
sampai saja. Kita nggak pernah terpikir bahwa bayi berumur 20 menit bisa
menyusu sendiri.

Ini perang terang-terangan terhadap susu formula? Kan sekarang masih
terjadi
rumah sakit memberi susu formula di hari-hari pertama kelahiran bayi karena
ASI yang belum keluar dan bayi yang tidak bisa meyusui?
Tidak hanya di Indonesia , di Amerika saja kuat promosi susu formula. Karena
mereka orang kaya, siapa tidak mau? Tapi itu karena mereka tidak tahu.
Pernah seorang bidan sampai menangis mengetahui ini. Dia mengembailkan susu
formula. Ini yang kita inginkan. Selain kesehatan, yang ingin kami kerjakan
adalah knocking nurani.

Selama ini kesannya kan sudah memasyarakat, telanjur pakai susu formula?
Tidak ada telanjur, karena itu kita harus mencoba agar tidak telanjur. Di
Skandinavia, Kanada, Finlandia, dan Swiss, tidak ada cuti ibu atau ayah
melahirkan, tapi justru mereka cuti orang tua. Selama 12 bulan, 80 persen
gajinya dipakai untuk itu. Syaratnya cuma dua, ibu harus empat bulan
pertama, ayah dua bulannya, enam bulan emudian tergantung. Kalau gaji ibu
lebih besar, ibu bekerja, dan ayahnya yang di rumah.

Di Indonesia susah mewujudkan hal seperti itu...
Saya tidak memikirkan itu, tapi kalau anak-anak kalian, cucu kalian tidak
dilengkapi ASI, mau jadi apa ? Mereka jauh lebih kaya, dukungan terhadap
ilmu begitu besar, sekarang anak-anak itu akan memiliki EQ yang lebih besar
daripada anak-anak kita. Spiritualitas yang lebi tinggi. Lalu daya saing
anak Indonesia apa kalau tidak dikasih ASI? Dua puluh lima tahun lagi, kita
habis, sekarang saja sudah kalah oleh malaysia . Sebab, orang barat sekarang
mulai menyusui. Dukungan ayah itu begitu besar, meski hal itu baru mereka
sadari November 2003, dengan mendirikan Global Initiative Father Support :
satu kelompok para ayah. Padahal di kita (umat Islam) ada Al-Qur'an yang
sudah meyatakan pentingnya hal itu ( Al-Baqarah ayat 233). Ketika anak
dilahirkan, harus ada musyawarah. Dengan demikian, kegagalan menyusui aalah
kegagalan ayahnya. Begitu pula dengan kebrhasilannya.

Efek secara medis lainnya?
Anak-anak yang menyusu kepada ibu itu tidak hanya lebih sehat, lebih
pandai,
tapi lebih saleh dan salehah. Karena adanya RNA dan DNA (pembawa sifat)
yang
diberikan ibu. Maka sekarang ini, karena tahu urgensinya, orang yang
mengadopsi anak mengejar supaya bisa menyusui juga.

Kembali ke susu formula, bagaimana dengan anak usia 1 tahun yang justru
tidak mau dikasih susu formula?
Itu justru bukan masalah. Pernah melihat nggak anak macan yang sudah
mencicipi segaa macam kembali menyusu? Tidak. Anak sapi saja kalau sudah
besar tidak mau menyusu kepada induknya. Kok, malah (susunya) dipakai untuk
anak manusia?

Bukankah minum susu seumur hidup selama ini digembar-gemborkan?
Manusia juga mempunyai taraf umur tertentu untuk mendapatkan susu.
Masalahnya, kita terprogram dengan empat sehat lima sempurna. Susu sumber
protein.Padahal, anak di atas 3 tahun tidak perlu minum susu. Bukan tidak
boleh. Karena bisa dari tahu, tempe , ikan, telur, dan keju. Mendingan
dikasih tahu, juga lebih murah. Nggak ada pengaruhnya sama sekali. Bahkan
pada mamalia di atas 3 tahun, enzim untuk menyerap protein dari susu
sedikit. Kita telah di brain-minded oleh pabrik susu, entah sejak kapan.

Selama ini sukarnya pemberian ASI kan karena ibu harus kembali bekerja?
Itu bukan masalah besar juga. Di Cina, seorang ibu insinyur begitu aktif
sehingga harus sering ke luar kota . Tapi dia menyimpan di lemari es ASI
perasannya. Sebab, ASI itu memenuhi keseimbangan supply and demmand.
Dikeluarkan 1.000 mililiter, ya, berproduksi lagi 1.000 ml.

Lalu kalau ASI berhenti sama sekali kenapa ?
ASI sangat berpengaruh pada pikiran. Ketika si Ibu merasa ASI-nya sedikit,
yang keluar sedikit. Ataupun pada saat berhenti. Disitu peran ayah. Di saat
pikiran ibu terganggu, ayah berperan.

Tapi permasalahan fasilitas agar bisa menyusu ?
Itu sekarang yang jadi masalah, kantor-kantor harus menyiapkan. Harus
didorong agar kantor-kantor mempunyai fasilitas itu.

Bagaimana dengan dukungan pemerintah ?
Pemerintah itu hanya banyak omong, bahkan katanya ada yang bilang akan
dibuat undang-undang. Tapi kok sekarang diam lagi? Tapi sudahlah, biarkan
mereka melakukan apa yang bisa dilakukan.

Bagaimana dengan upaya Ibu sendiri ?
Saya tahun ini alhamdulillah sudah diberi kesempatan luar biasa. Di UNICEF,
Care. Bahkan bersyukur bisa mengajar kader-kader. Sampai begitu berkesan.

Capek nggak,Bu ?
Kalau lillahita'ala, tdak ada kata capek. Saya kadang ketika bangun pagi
bingung, saya ada di mana, ya? Tapi itulah, saya ini di depan Tuhan mungkin
ibarat ikut MLM (multilevel marketing). Kaki-kaki saya sudah banyak dan itu
menambah poin buat saya.

Kalau dilihat-lihat, Anda ini seperti melawan arus ya? Sama seperti adik
Anda...
(Utami tertawa berderai) ya, kita semua melawan arus. Tapi, dari semua
saudara saya, cuma Harry itulah yang jadi seniman, sisanya dokter seperti
saya. Jadi nyentrik-nya sudah disedot dia semua.

Koran Tempo, Minggu 8 Mei 2007
Dr. Utami Roesli, SpA, MBA, CIMI, IBLCC, Dokter Anak Aktivis ASI

No comments: